Ambasador Cellular

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Ambasador Cellular

Pengguna Handphone


    Krisis Pun Sulit Menghentikannya

    avatar
    wiewiellen
    Admin
    Admin


    Male Jumlah posting : 340
    Registration date : 23.10.08

    Krisis Pun Sulit Menghentikannya Empty Krisis Pun Sulit Menghentikannya

    Post by wiewiellen Sat Oct 25, 2008 1:46 pm

    Krisis Pun Sulit Menghentikannya Bbb20

    PADA bulan-bulan ke depan, bahkan juga tahun 2009, diperkirakan akan menjadi situasi yang sangat fenomenal bagi industri komunikasi. Ancaman krisis ekonomi global yang berawal dari Amerika Serikat masih membayangi dan pada saat yang sama industri yang sangat dinamis ini sedang mengalami masa yang sangat kompetitif.

    Ketika badai krisis belum terlihat, industri komunikasi dalam negeri memperlihatkan sifat yang sangat unik karena pada saat harga-harga meningkat, terutama ketika dikoreksinya harga minyak, justru tarif komunikasi turun. Ini akibat dari kompetisi yang ketat dengan apa yang disebut perang tarif komunikasi seluler.

    Pengalaman ini setidaknya memberikan kekuatan sehingga bangsa ini tidak ikut panik ketika raksasa dunia, seperti AS, mengalami krisis ekonomi. Dampaknya ke seluruh dunia memang tidak bisa dibendung dan situasinya akan semakin buruk apabila kepanikan muncul seperti pada krisis moneter tahun 1997.

    Secara global industri komunikasi dan informasi juga setidaknya memiliki karakter serupa, tidak mudah ditundukkan oleh krisis. Peristiwa yang terjadi di AS itu sepertinya juga tidak memengaruhi belanja perangkat komunikasi karena pada saat ini negeri tersebut sedang dilanda demam ponsel PDA.

    Setelah sebelumnya muncul perangkat yang fenomenal, seperti iPhone, saat ini juga mulai dipasarkan ponsel G1, saingannya. Berikutnya akan kembali dipanaskan oleh BlackBerry Storm yang berkarakter mirip iPhone.

    Sekalipun dalam situasi krisis, pihak produsen ponsel G1, yaitu HTC dari Taiwan, memperkirakan secara global akan terjual sampai 700.000 ponsel sampai akhir tahun ini dan dua miliar ponsel sampai akhir 2009. Bahkan, pada pemesanan sebelumnya, menurut T-Mobile, mitra HTC dan Google ekspektasinya sudah tiga kali lebih besar daripada perkiraan awal mereka.

    Gejala yang terjadi di AS ini dalam waktu dekat akan memengaruhi pemasaran ponsel pintar di belahan dunia lain, seperti Eropa dan mungkin di Asia, terutama Jepang. Akan tetapi, apakah itu akan berpengaruh bagi masyarakat Indonesia yang sebagian besar memang daya belinya rendah?

    Fenomena

    Sekalipun dunianya sama, kondisinya dan kebiasaan yang terjadi sangat berbeda. Faktor daya beli memang memengaruhi, tetapi faktor kebiasaan atau budaya yang terkondisi di negeri ini memegang peran penting.

    Fenomena perang tarif lebih ditujukan pada pengguna komunikasi voice atau suara dan paling banter untuk kebutuhan SMS. Di sana setidaknya ada sekitar 95 persen (dari sekitar 80 juta) pelanggan pascabayar yang menjadi ”pelanggan mengambang” yang mudah berganti nomor dan siap ”dimainkan” dalam perang tarif itu.

    Adapun kondisi jaringan tidak bisa dipermak mengikuti irama perang, terutama ketika terjadi lonjakan lalu lintas penggunaan. Akibatnya, yang dirugikan adalah pelanggan data, mereka yang menggunakan internet melalui komunikasi pita lebar dan situasi ini sepertinya tidak terantisipasi sebelumnya.

    Para operator membutuhkan pita frekuensi tambahan dan tentu infrastruktur baru untuk bisa menyalurkan data secara terpisah dari kepentingan komunikasi suara. Situasi ini ke depan yang akan terpengaruh karena kebutuhan modal baru yang harus dibiayai dengan dollar tidak lagi mudah untuk waktu-waktu mendatang.

    Situasi yang terjadi di negara maju berbeda, kebiasaan mereka membeli perangkat baru melalui sistem kontrak dengan pihak operator. Seperti untuk memperoleh G1 mulai dengan harga 179 dollar AS, tetapi pelanggan harus melakukan kontrak selama dua tahun dengan T-Mobile.

    Kebiasaan seperti ini hampir tidak ada. Kalau toh ada, itu justru dengan ponsel-ponsel murah meriah. Dengan kontrak sebenarnya lebih memberikan kepastian dalam berlangganan, sementara di negeri ini hanya sekitar 5 persen yang berlangganan secara tetap.

    Sementara itu, situasi krisis di Tanah Air akan dimanfaatkan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Mohammad Nuh untuk melakukan retender program Universal Servis Obligation (USO) atau Program Kewajiban Pelayanan Universal (KPU) Telekomunikasi. Dalam tender ini Menkominfo akan memberikan syarat yang lebih keras kepada para peserta dibandingkan dengan tender USO sebelumnya yang akhirnya dibatalkan.

    Kelas atas

    Apa yang terjadi di AS merupakan fenomena baru, terutama sejak munculnya iPhone, ponsel buatan vendor komputer Apple, yang sudah hampir 10 juta buah berada di tangan konsumen. Fenomena yang saat ini sedang dibangun kelompok raksasa internet Google adalah ponsel yang diberi nama G1 yang memiliki sistem operasi open-source Android pertama ini.

    Sebuah simbol status baru telah lahir dan hal ini masih akan berlanjut dengan munculnya BlackBerry Storm yang menyerupai iPhone, tetapi lebih sempurna. Kejutan ini telah memberikan pengalaman berharga kepara vendor telko yang selama ini masih menguasai pasar dunia ponsel, sebut saja Nokia, Motorola, dan Sony Ericsson.

    Tentu yang akan sangat terpengaruh adalah ”strata atas”, bukan dalam pengertian ekonomi saja, melainkan lebih pada soal pemahaman teknologi baru, terutama teknologi informasi. Jika terbukti benar akan melahirkan komunitas baru seperti komunitas communicator yang dibuat Nokia, produk itu bisa menjadi simbol status.

    Hal yang sangat menonjol dari ketiga ponsel baru itu, yang tergolong smartphone, terutama adalah pada fungsi layar sentuhnya yang cerdas, pendeteksi lokasi, dan banyak aplikasi yang hebat lain. BlackBerry Storm sedikit lebih menyempurnakan layar sentuh iPhone karena tombol virtualnya saat disentuh akan memberikan reaksi seperti menekan tombol mekanis biasa.

    Diperkirakan secara persentase itu tidak akan banyak memengaruhi pasar di negeri ini, bukan hanya tidak ada jaminan jaringan data yang bagus, melainkan juga memerlukan kerja sama dengan operator yang juga tidak mudah. Kondisi ini bahkan tidak akan menyentuh pangsa pasar bawah yang masih dibanjiri dengan ponsel-ponsel China.

      Waktu sekarang Fri Mar 29, 2024 2:15 am